w3Lc0me 4 my bL0g

hope my blog, can be useful for all, especially for connoisseurs of the scope of health ... I created this blog for the application of the knowledge I can in HEALTH SCIENCE HIGH SCHOOL "MADANI" - YOGYAKARTA

Saturday, February 5, 2011

MAKALAH  KETRAMPILAN DASAR PRAKTIK KLINIK I
PEMASANGAN INFUS




Disusun oleh :
Afifah Nashihah Zulfallah       : M10.02.0044
Dinis Silvia Amir                       : M10.02.0048
Nur Zuliati Ulfa                         : M10.02.0032
Nurul Fadhilah                          : M10.02.0033
Nyimas Noviannisa                   : M10.02.0034
Retiana Yulia Fitri                    : M10.02.0062
Ria Apri Susanti                        : M10.02.0063
Rini Mutmainnah                      : M10.02.0036
Sakinah Dienillah                      : M10.02.00
Sita Damayanti                          : M10.02.00
Tutwuri Handayani                  : M10.02.0069

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MADANI
YOGYAKARTA
2010/2011
 
Tugas Akhir
KETRAMPILAN DASAR PRAKTIK KLINIK 1
Di RS Dr. R. SOETIJONO BLORA

dipersiapkan dan disusun oleh :

Afifah nasihah                     : M10.02.00
Dinis Silvia Amir                 : M10.02.0048
Nur Zuliati Ulfa                   : M10.02.0032
Nurul Fadhilah                     : M10.02.0033
Nyimas Noviannisa              : M10.02.0034
Retiana Yulia Fitri               : M10.02.0062
Ria Apri Susanti                  : M10.02.0063
Rini Mutmainnah                 : M10.02.0036
Sakinnah Dienillah               : M10.02.00
Sita Damayanti                    : M10.02.00
Tutwuri Handayani              : M10.02.0069

Telah diperiksa, diuji dan disetujui oleh Dewan Pembimbing
pada  :   februari 2011

Susunan Dewan Pembimbing


Praktikan                                                         pembimbing CI. Lapangan


              (...............................)                                                         ( Erni Isnawati )
   Nim : M10.02.00                                                               Nip :
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk menyelesaikan ketrampilan dasar praktik klinik
Di RS Dr. R. SOETIJONO 

SEKOLAH  TINGGI  ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA





KATA PENGANTAR

 
          Alhamdulillah, segala puji bagi ALLAH swt.yang telah memberikan kita kesehatan, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini, penyusun menguraikan tentang “ Pemasangan Infus ” yang mencakup mengenai;  definisi pemasangan infus, tujuan pemasangan infus, indikasi dan kontraindikasi, komplikasi dari pemasangan infus,  jenis-jenis cairan infus, bagaimana mengitung tetesan infus, persiapan alat dan bahan dalam pemasangan infus, serta prosedur pelaksanaan pemasangan infus. Adapun  uraian yang tercantum dalam makalah ini sangat sederhana, dan jauh dari sempurna. Namun  meskipun demikian penyusun memberanikan diri untuk kebaikan bersama, sebab tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas akhir praktik Ketrampilan Dasar Praktik Klinik I di RS.Dr.R Soetijono,Blora.

         Ucapan terimaksih,untuk semua yang bersangkutan dan terkait dalam penyusunan makalah ini. Semua Dosen STIKes MADANI Yogyakarta,Semua Staf dan Petugas di RS Dr.R Soetijono,BLORA  yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada kami yang sangat membutuhkan bimbingan dan didikan dari semuanya. Saran dan kritik yang membangun terhadap penyusunan  makalah ini sangat kami harapkan dan kami hargai,agar bisa memberi pelajaran dan berguna di masa yang akan datang, kami harapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua untuk kedepannya.amin


                                                                                                     Penyusun


                                                                                                   Blora ,1 februari 2011



DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan........................................................................................................   i
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
Daftar Isi..........................................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG................................... ....................................................  1
B.     RUMUSAN MASALAH....................................................................................  1
C.      PEMBATASAN MAKALAH..........................................................................   2
D.    TUJUAN PENULISAN.....................................................................................   2
E.      METODE PENGUMPULAN DATA ..............................................................   2
F.      SISTEMATIKA PENULISAN...........................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN
A.    DEFINISI PEMASANGAN INFUS ..................................................................  3
B.     TUJUAN PEMASANGAN INFUS ...................................................................  3 
C.    INDIKASI PEMASANGAN ............................................................................   3
D.    INFUS KONTRA INDIKASI ..........................................................................   4
E.     KOMPLIKASI YANG TERJADI DALAM PEMASANGAN INFUS................................................................................................................  4
F.     JENIS CAIRAN INFUS ...................................................................................   5
G.    MENGHITUNG TETESAN INFUS.................................................................   10
H.    PEMASANGAN INFUS...................................................................................   11
I.       HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN...............................................   13
J.      STANDAR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS..................................   17
BAB III  PENUTUP
A.    Kesimpulan.........................................................................................................  20
B.     Saran...................................................................................................................  20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................  21
DAFTAR APENDIKS (LAMPIRAN-LAMPIRAN).....................................................  22
BAB I
PENDAHULUAN

A.          LATAR BELAKANG
Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak. Emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar. Diameter fase dalam tidak tidak melebih dari 5µ . kecuali dinyatakan lain, infus intravenous  diperbolehkan mengandung bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel. Emulsi untuk infus intravenous setelah dikocok harus homogen dan tidak menunjukkan pemisahan fase.
Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml.
Infus termasuk sediaan parenteral volume besar. Sediaan parenteral volume besar : sediaan cair steril mengandung obat yg dikemas dlm wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. Parenteral volume besar meliputi infus intravena, larutan irigasi, larutan dialisis peritonal & blood collecting units with antikoagulant (Lachman Parenteral)
Melalui makalah ini, akan dijelaskan mengenai Standar Operasional Prosedure Pemasangan  Infus

B.           RUMUSAN MASALAH
   Yang dijabarkan dari pemasangan infus antara lain :
1.            Apa itu infus ?
2.            Apa tujuan infus ?
3.            Apa indikasi dilakukannya infus ?
4.            Apa kontraindikasinya ?
5.            Apa komplikasinya ?
6.            Apa cairan yang digunakan dalam infus ?
7.            Bagaimana cara menghitung tetesan infus ?
8.            Apa persiapan alat dan bahan yang diperlukan ?
9.            Bagaimana pelaksanaan pemasangan infus ?
10.        Evaluasi dan dokumentasi ?


C.          PEMBATASAN MASALAH
Masalah yang akan dikemukakan dan diuraikan pada makalah ini yaitu pemasangan infus sesuai standar prosedur pemasangan infus dan hal-hal yang diperlukan dalam pemasangan infus.

D.          TUJUAN PENULISAN
Dalam hal ini, penulis memiliki tujuan tertentu seperti :
1.            Memenuhi tugas akhir praktik di RS Dr.R Soetijono Blora
2.            Memahami pengertian infus
3.            Memahami tujuan dilaksanakan infus
4.            Mengetahui indikasi diberikannya infus
5.            Mengerti cara pemasangan infus yang sesuai dengan standar operasional prosedure

E.           METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan ini adalah studi pustaka /searcing, pengamatan atau survey dan wawancara.

F.           SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
BAB I                PENDAHULUAN
BAB II               PEMBAHASAN
BAB III             PENUTUP
Daftar Pustaka
Daftar Apendiks ( Lampiran-lampiran )





BAB II
PEMBAHASAN

A.          DEFINISI PEMASANGAN INFUS
Pemasangan infus adalah teknik yang mencakup penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang di sambungkan. Atau Pemberian cairan obat /makanan melalui pembuluh darah vena.
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh,yang merupakan terapi pemberian cairan tambahan yang mengandung komponen tertentu yang diperlukan tubuh secara terus menerus selama periode tertentu.
Memasukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set [potter,2005]

B.            TUJUAN PEMASANGAN INFUS
Ø  Untuk mengembalikan kembali cairan tubuh yang hilang sebagai pengganti nutrisi
Ø  Pemberian obat dengan dosis yang lebih banyak
Ø  Didapatkan jalur pemberian cairan infuse yang aman,aseptik dan Benar.
Ø  Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan elektrolit.
Ø  Sebagai nutrisi bagi pasien yang tidak dapat/tidak boleh makan minum melalui mulut (oral)
Ø  Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein, kalori dan nitrogen pada klien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang adekuat melalui mulut.
Ø  Memulihkan keseimbangan asam-basa.
Ø  Memulihkan volume darah.
Ø  Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan.

C.          INDIKASI PEMASANGAN INFUS
            Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah:
Ø  Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
Ø  Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
Ø  Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
Ø  Pemberian kantong darah dan produk darah.
Ø  Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas.
Ø  Pemberian obat yang terus-menerus (continue).
Ø  Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
Ø  Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
Ø  Serangan panas (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)
Ø  Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
Ø  Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
Ø  Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

D.          KONTRA INDIKASI
Ø  Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
Ø  Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

E.       KOMPLIKASI YANG TERJADI DALAM PEMASANGAN INFUS

Ø  Komplikasi pemasangan cairan infuse melalui intra vena
Ø  Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah.
Ø  Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
Ø  Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
Ø  Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

F.        JENIS-JENIS CAIRAN INFUS
Adapun jenis-jenis cairan infus yang biasa digunakan adalah :
Ø   Cairan hipotonik : osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum.
Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.
Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi. Misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak).
               Contohnya : adalah NaCl 45% danD ekstrosa 2,5%.

Ø   Cairan Isotonik : osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

Ø   Cairan hipertonik : osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).
Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik.  Misalnya D extrose 5%, NaCl 45% hipertonik, D extrose 5%+Ringer-Lactate,D extrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

Ø   Kristaloid : bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera.
Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.

Ø   Koloid : ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya adalah albumin dan steroid

Jenis-jenis Cairan Intravena
1.     Cairan bisa bersifat isotonis (contohnya ; NaCl 0,9 %, Dekstrosa 5 % dalam air, Ringer laktat / RL, dll)
2.     Cairan bisa bersifat hipotonis (contohnya ; NaCl 5 %)
3.     Cairan bisa bersifat hipertonis (contohnya ; Dekstrosa 10 % dalam NaCl, Dektrosa 10 % dalam air, Dektrosa 20 % dalam air)
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Ø  Na 130 mEq
Ø  K 4 mEq
Ø  Cl 109 mEq
Ø  Ca 3 mEq
Ø  Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Ø  Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati
Ø  Pada pemberian sebelum operasi cesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
Ø  Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran
Ø  Mempunyai efek vasodilator
Ø  Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral

KA-EN 1B
Indikasi

Ø  Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
Ø  Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
Ø  Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
Ø  Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan supan oral terbatas
Ø  Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Ø  Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Ø  Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
Ø  Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,pada keadaan asupan oral terbatas
Ø  Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Ø  Mensuplai kalium 20 mEq/L
Ø  Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4A
Indikasi :
Ø  Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Ø  Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
Ø  Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Ø  Na 30 mEq/L
Ø  K 0 mEq/L
Ø  Cl 20 mEq/L
Ø  Laktat 10 mEq/L
Ø  Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B
Indikasi:
Ø  Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
Ø  Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
Ø  Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:
Ø  Na 30 mEq/L
Ø  K 8 mEq/L
Ø  Cl 28 mEq/L
Ø  Laktat 10 mEq/L
Ø  Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS
Indikasi:
Ø  Untuk resusitasi
Ø  Kehilangan Na > Cl, misal diare
Ø  Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL
Indikasi:
Ø  Resusitasi
Ø  Suplai ion bikarbonat
Ø  Asidosis metabolik

MARTOS-10
Indikasi:
Ø  Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
Ø  Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
Ø  Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Ø  Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN
Indikasi:
Ø  Stres metabolik berat
Ø  Luka bakar
Ø  Infeksi berat
Ø  Kwasiokor
Ø  Pasca operasi
Ø  Total Parenteral Nutrition
Ø  Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit


AMINOVEL-600
Indikasi:
Ø  Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Ø  Penderita GI yang dipuasakan
Ø  Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
Ø  Stres metabolik sedang
Ø  Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G
Indikasi:
Ø  Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
Ø  Nutrisi dini pasca operasi
Ø  Tifoid

G.           MENGHITUNG TETESAN INFUS
Berikut penjelasan dan contoh bagaimana cara menghitung tetesan cairan infus:
1. Tetesan Makro : 1cc = 15 tetes
Rumus :
Tetesan/menit = Jumlah cairan yang dimasukkan (cc)
Lamanya infus (jam) x 4
2. Tetesan Mikro : 1cc = 60 tetes
Rumus :
Tetesan/menit = Jumlah cairan yang dimasukkan (cc)
Lamanya infus (jam)
a.            Dewasa: (makro dengan 20 tetes/ml)
TETESAN PERMENIT = JUMLAH CAIRAN YANG MASUK/LAMANYA INFUS (JAM) X 3
atau
TETESAN PERMENIT = KEBUTUHAN CAIRAN X FAKTOR TETESAN / LAMANYA INFUS (JAM) X 60 MENIT
Keterangan:
Faktor tetesan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus (10 tetes/menit, 15 tetes/menit dan 20 tetes/menit).
Contoh:
Seorang pasien dewasa diperlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) dalam 1 jam maka tetesan per menit adalah:
TETESAN PERMENIT= 1000 ml /1 X 3 = 333/menit
atau
TETESAN PERMENIT= 1000 ml x 20 / 1 x 60 menit = 333/menit
b.           Anak
TETESAN PERMENIT (MIKRO) = JUMLAH CAIRAN YANG MASUK / LAMANYA INFUS (JAM)
Contoh:
Seorang pasien neonatus dan febris diperlukan rehidrasi dengan 250 mikroL dalam 2 jam, maka tetesan per menit adalah:
TETESAN PERMENIT (MIKRO) = 250 / 2 = 125 TETES PERMENIT
H.           PEMASANGAN INFUS
a.        Persiapan
I.     Persiapana Klien
-       Cek perencanaan Keperawatan klien
-       Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

II.   Persiapan Alat
-       Standar infuse
-       Ciran infus dan infus set sesuai kebutuhan
-       Jarum / wings needle / abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
-       Bidai / alas infuse
-       Perlak dan tourniquet
-       Plester dan gunting
-       Bengkok
-       Sarung tangan bersih
-       Kassa seteril
-       Kapas alkohol dalam tempatnya
-       Bethadine dalam tempatnya

b.        Prosedur Pelaksanaan
1.             Petugas mencuci tangan
2.             Memberitahu tindakan yang akan dilakukan dan pasang sampiran
3.             Mengisi selang infuse
4.             Membuka plastik infus set dengan benar
5.             Tetap melindungi ujung selang seteril
6.             Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infuse mengarah keatas
7.             Menggantung cairan infus di standar cairan infuse
8.             Mengisi kompartemen infus set dengan cara menekan ( tapi jangan sampai terendam )
9.             Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
10.         Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan kesterilan
11.         Cek adanya udara dalam selang
12.         Pakai sarung tangan bersih bila perlu
13.         Memilih posisi yang tepat untuk memasang infuse
14.         Meletakan perlak dan pengalas dibawah bagian yang akan diinfus
15.         Memilih vena yang tepat dan benar
16.         Memasang tourniquet
17.         Desinfeksi vena dengan tekhnik yang benar dengan alkohol dengan tekhnik sirkuler (dari dalam ke luar) atau dari atas ke bawah dengan sekali hapus
18.         Buka kateter ( abocath ) dan periksa apakah ada kerusakan
19.         Menusukan kateter / abocath pada vena yang telah dipilih dari arah samping
20.         Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam kateter, bila ada maka mandrin sedikit demi sedikit ditarik keluar sambil kateter dimasukan perlahan-lahan
21.         Torniquet dicabut
22.         Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
23.         Memberi plester pada ujung plastik kateter / abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk fiksasi
24.         Membalut dengan kassa bethadine seteril dan menutupnya dengan kassa seteril kering
25.         Memberi plester dengan benar dan mempertahankan keamanan kateter / abocath agar tidak tercabut
26.         Mengatur tetesan infus sesuai dengan kebutuhan klien
27.         Alat-alat dibereskan dan evaluasi (perhatikan) respon klien
28.         Perawat/bidan/praktikan cuci tangan
29.         Catat tindakan yang dilakukan

c.         Evaluasi
Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien terhadap       pemberian tindakan

d.        Dokumentasi
          Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi / respon klien terhadap pemasangan infus, cairan dan tetesan yang diberikan, nomor abocath, vena yang dipasang, dan perawat/bidan/praktikan yang melakukan ) pada buku catatan kesehatan (catatan asuhan kebidanan).

I.  HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN                                                     
a.         Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan infuse set baru
b.        Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi
c.         Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
d.        Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
e.         Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
f.         Tekan lokasi penusukan  menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus
g.        Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester dibersihkan memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu)
h.        Mendokumentasikan waktu pemberian, jenis cairan dan tetesan, jumlah cairan yang masuk, waktu pemeriksaan kateter (terhadap adanya embolus), serta reaksi klien (terhadap cairan yang telah masuk).
·         Tempat/ lokasi vena perifer yang sering digunakan pada pemasangan infus
Vena supervisial atau perifer kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena. Vena-vena tersebut diantaranya adalah :
1. Metakarpal
2. Sefalika
3. Basilika
4. Sefalika mediana
5. Basilika mediana
6. Antebrakial mediana
·         Pemilihan Vena
1.        Vena tangan paling sering digunakn untuk terapi IV rutin
2.        Vena lengan depan : periksa dengan teliti kedua lengan sebelum keputusan dibuat, sering digunakan untuk terapi rutin
3.        Vena lengan atas : juga digunakan untuk terapi IV
4.        Vena ekstremitas bawah : digunakan hanya menurut kebijakan institusi dan keinginan dokter
5.        Vena kepala : digunakan sesuai dengan kebijakan institusi dan keinginan dokter ; sering dipilih pada bayi
6.        Insisi : dilakukan oleh dokter untuk terapi panjang
7.        Vena subklavia : dilakukan oleh dokter untuk terapi jangka panjang atau infus cairan yang mengiritasi (hipertonik)
8.        Jalur vena sentral: digunakan untuk tujuan infus atau mengukur tekanan vena sentral
Contoh Vena sentral adalah :
Ø  v. subkalvia,
Ø  v. jugularis interna/eksterna,
Ø  v. sefalika atau
Ø  v. basilika mediana,
Ø  v. femoralis, dll.
9.        Vena jugularis : biasanya dipasang untuk mengukur tekanan vena sentral atau memberikan nutrisi parenteral total (NPT) jika melalui vena kava superior.
10.    Vena femoralis : biasanya hanya digunakan pada keadaan darurat,tetapi dapat digunakan untuk penempatan kateter sentral untuk pemberian NTP.
11.    Pirau arteriovena (Scribner) : implantasi selang palastik antara arteri dan vena untuk dialisis ginjal
12.    Tandur (bovine) : anastomoisis arteri karotid yang berubah sifat dari cow ke sistem vena ; biasanya dilakukan pada lengan atas untuk dialisis ginjal
13.    Fistula : anastomoisis bedah dari arteri ke vena baik end atau side to side untuk dialisis ginjal
14.    Jalur umbilikal : rute akses yang biasa pada UPI neonatus

·         Pertimbangan dasar dalam pemilihan sisi (vena)
1.    Vena Perifer
Ø  Cocok untuk kebanyakan obat dan cairan isotonik
Ø  Cocok untuk terapi jangka pendek
Ø  Biasanya mudah untuk diamankan
Ø  Tidak cocok untuk obat-obatan yang mengiritasi
Ø  Tidak cocok untuk terapi jangka panjang
Ø  Sukar untuk diamankan pada pasien yang agitasi
2.    Vena Sentral
Ø  Cocok untuk obat-obatan yang mengiritasi atau cairan hipertonik
Ø  Cocok untuk terapi jangka panjang
Ø  Obat-obatan harus diencerkan
Ø  Resiko komplikasi yang berhubungan dengan pemasangan kateter vena sentral, seperti infeksi, hemothoraks, pneumothoraks.
Ø  Tidak disukai karena bisa terganggu oleh pasien (namun masih mungkin)

·         Faktor yang mempengaruhi pemilihan sisi (vena)
1.        Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting dan mempengaruhi berapa lama IV berakhir.
2.        Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun
3.        Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, takbergerak, perubahan tingkat kesadaran
4.        Jenis IV : jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering memaksa tempat-tempat yang optimum (mis, hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi vena-vena perifer)
5.        Durasi terapi IV : terapi jangka panjang memerlukan pengukuran untuk memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (mis, mulai di tangan dan pindah ke lengan)
6.        Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada ,pemilian sisi dan rotasi yang berhati – hati menjadi sangat penting , jika sedikit vena pengganti ( misal ,pemasangan kateter broviac atau hickman atau pemasangan jalur PICC )
7.        Terapi IV sebelumnya : flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak baik untuk di gunakan ; kemoterapi sering membuat vena menjadi buruk (misal,mudah pecah atau sklerosis )
8.        Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang terkena pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah di angkat (misal, pasien mastektomi ) tanpa izin dari dokter .
9.        Sakit sebelumnya :jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien dengan stroke .
10.    Kesukaan pasien : jika mungkin ,pertimbangkan kesukaan alami pasien untuk sebelah kiri atau kanan dan juga sisi .

·         Kriteria pemilihan pembuluh darah (vena)
Gunakan cabang vena distal (vena bagian proksimal yang berukuran lebih besar kan bermanfaat untuk keadaan darurat.
Pilihan vena :
Ø   vena metakarpal (memudahkan pergerakan tangan)
Ø   vena basilika / sefalika
Ø   vena fosa antekubital, medianna basilika atau sefalika untuk pemasangan infus yang singkat saja V.Pada klien dewasa, vena yang terdapat pada ekstremitas bagian bawah hanya digunakan sebagai pilihan terakhir.

·         Hal yang harus diperhatikan oleh Perawat/Bidan/Praktikan 
Fungsi vena merupakan kontradiksi di tempat yang menunjukkan tanda infeksi, infiltrasi/trombosis infeksi ditandai dengan pemerahan, nyeri ,bengkak dan hangat.

J.            STANDAR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS
PEMASANGAN INFUS



STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR


PENGERTIAN
Pemasangan infus untuk memberikan obat/cairan melalui parenteral
TUJUAN
Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter
KEBIJAKAN
  1. Pasien yang mendapatkan obat yang diberikan secara intra vena (I.V)
  2. Pasien dehidrasi untuk rehidrasi parenteral
PETUGAS
Perawat
PERALATAN
  1. Sarung tangan 1 pasang
  2. Selang infus sesuai kebutuhan (makro drip atau mikro drip)
  3. Cairan parenteral sesuai program
  4. Jarum intra vena (ukuran sesuai)
  5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
  6. Desinfektan
  7. Torniquet/manset
  8. Perlak dan pengalas
  9. Bengkok 1 buah
  10. Plester / hypafix
  11. Kassa steril
  12. Penunjuk waktu
PROSEDUR PELAKSANAAN
  1. Tahap PraInteraksi
    1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
    2. Mencuci tangan
    3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
  2. Tahap Orientasi
    1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
    2. Menjelaskan tujuan  dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
    3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
  3. Tahap Kerja
    1. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan
    2. Menutup saluran infus (klem)
    3. Menusukkan saluran infus dengan benar
    4. Menggantung botol cairan pada standard infuse
    5. Mengisi tabung reservoir infus sesuai tanda
    6. Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara dalam slang
    7. Mengatur posisi pasien dan pilih vena
    8. Memasang perlak dan alasnya
    9. Membebaskan daerah yang akan di insersi
    10. Meletakkan torniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk
    11. Memakai hand schoen
    12. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol secara sirkular (melingkar dari dalam keluar)
    13. Mempertahankan vena pada posisi stabil
    14. Memegang IV cateter dengan sudut 30
    15. Menusuk vena dengan lobang jarum menghadap keatas
    16. Memastikan IV cateter masik intra vena kemudian menarik Mandrin  +  0,5 cm
    17. Memasukkan IV cateter secara perlahan
    18. Menarik mandrin dan menyambungkan dengan selang infuse
    19. Melepaskan torniquet
    20. Mengalirkan cairan infuse
    21. Melakukan fiksasi IV cateter
    22. Memberi desinfeksi daerah tusukan dan menutup dengan kassa
    23. Mengatur tetesan sesuai program
  4. Tahap Terminasi
    1. Melakukan evaluasi tindakan
    2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
    3. Berpamitan dengan klien
    4. Membereskan alat-alat
    5. Mencuci tangan
    6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan








BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
            Pemasangan infus merupakan teknik yang mencakup penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan.
Tujuan :
-          Untuk mengembalikan kembali cairan tubuh yang hilang
-          Sebagai pengganti nutrisi.
Indikasi :
-          kecepatan aliran infus harus di pantau tiap jam
Kontraindikasi :
-          Pada pasien dehidrasi berat
Jenis –jenis cairan infus :
Ø  Cairan bisa bersifat isotonis (contohnya ; NaCl 0,9 %, Dekstrosa 5 % dalam air, Ringer laktat / RL, dll)
Ø  Cairan bisa bersifat hipotonis (contohnya ; NaCl 5 %)
Ø  Cairan bisa bersifat hipertonis (contohnya ; Dekstrosa 10 % dalam NaCl, Dektrosa 10 % dalam air, Dektrosa 20 % dalam air)
B.Saran
            Seorang ahli kesehatan atau paramedis mampu dalam melakukan tindakan pemasangan infus secara tepat dan benar serta mempertahankan prinsip steril.





DAFTAR PUSTAKA

bidandesa.com/infus-intravena-infus-iv.html
http://kapukpkusolo.blogspot.com/search/label/STANDAR%20OPERASIONAL%20PROSEDUR
http://onesubenol.wordpress.com/
http://yunie-nurse.blogspot.com/2009/03/jenis-jenis-cairan-infus.html
www.infus.com/
www.scribd.com/doc/4535640/cara-infus -
www.scribd.com/doc/7959263/Prosedur-Pemasangan-Infus





















DAFTAR APENDIKS (LAMPIRAN)

Beberapa Identitas Pasien Yang Menbutuhkan Infus,diantaranya:
1.      Pasien Pra Operasi-Post Operasi
Nama               : Ny. R
Jenis kelamin   : perempuan
Umur               : 42 thn
Alamat            : kauman,Rt 01/02 Blora
No RM            : 224456
Nama orang tua
Ayah                           : _
Ibu                   : Ny. M            70 thn
         Melakukan kunjungan tanggal 24/26/29 januari 2011 di Poli Penyakit Dalam, Dikirim tanggal 29 januari 2011 atas permintaan Dokter,Masuk           RS tanggal 30 januari 2011 untuk dilaksanakannya persiapan operasi (Pre Operasi). Datang dengan keluhan utama sering terjadi pendarahan.
ANAMNASE
RIWAYAT
Menarche                                : 11 thn
Lamanya                                 : 1 mmg
Siklus haid                              :  28 hari
Haid pertama hari terakhir      : 18 januari 2011
Kawin                                     : 1 kali
Dengan suami sekarang          : 19 thn
KB                                          : suntik,sudah 8 thn
Penyakit sebelumnya              : _
·   Diagnosa :  Myoma Utery

Hasil pemeriksaan laboratorium :
HEMATOLOGI
Leukosit (AL)                        : 5,3
Hemaglobin (HB)                   : 11,9
Hematokrit (HMT)                  : 37,0
Trombosit(AT)                        : 220
Gol.Darah                               : O

KIMIA DARAH
Glukosa darah sewaktu           : 92
Ureum                                     : 25
Kreatin                                    : 0,5
As. Urat                                  : 3,5
SGOT                                      : 22
SGPT                                      : 29
Menggunakan cairan infus Ringer Laktat (RL)

2.      Pasien Stroke
Nama               : Tn. So
Jenis kelamin   : laki-laki
Umur               : 69 thn
Alamat                        : Kunden,Rt 3/4
No RM            : 225060
        
         Masuk RS tanggal 25 januari 2011 jam 19.00
·   Diagnosa : Stroke
Menggunakan cairan infus Pan Amin  









No comments:

Post a Comment